Minggu, 18 Maret 2012

BELAJAR MENJADI BIJAKSANA



BIJAKSANA… !  Siapa yang tidak tahu perkataan itu. Semua orang ingin bisa bersikap bijak, semua orang ingin diperlakukan secara bijak, tetapi semua orangpun tahu, sikap bijak itu tidak gampang. Bijaksana atau hikmat mempunyai banyak arti. Praktis, bijaksana berarti arif, bisa membuat pertimbangan yang baik, bisa membuat pilihan atau keputusan yang tepat, tahu diri, tenggang rasa, cermat, hemat, panjang pikiran, bisa mengendalikan diri, tahu berterima kasih, bisa menghargai orang lain, waspada dan sebagainya.

Secara teoritis bijaksana berarti berpengetahuan luas dan dalam, mampu mengolah perenungan dan refleksi atas hidup, mampu menyusun pemikiran dan menguji pemikiran itu dalam pengalaman turun dan naiknya hidup dan kehidupan. Bijaksana berarti mengetahui apa yang baik dan melakukannya. Semua orang perlu belajar menjadi bijak. Makin bertambah usia makin perlu kita bertambah bijak. Makin besar tanggung jawab makin besar pula kebutuhan untuk bersifat bijak. Seorang pelajar atau mahasiswa perlu bijak mengatur waktu, apalagi seorang  guru, dan kita semua pada hakekatnya adalah guru. Untuk mendidik balita kita perlu bijak, untuk merawat lansia kita juga perlu bijak. Menantu perlu bijak, mertua juga perlu bijak. Pokoknya setiap orang perlu sikap bijak.

Sikap bijak lebih perlu lagi saat kita menghadapi situasi yang terjepit, apalagi ketika kita dihadapkan untuk membuat suatu keputusan yang sulit. Tetapi seringkali pada kenyataannya kita tidak bersikap bijak, baik dalam perkataan, pikiran dan perbuatan. Bahkan sering kita terjerumus dalam kesalahan dengan  salah membuat pertimbangan,  kurang perhitungan, kurang hati-hati, salah pilih, salah ambil keputusan, merasa diri paling benar dan paling bisa, bahkan tidak jarang kita mengabaikan nasehat sehingga pada akhirnya kita menyesal. Sesungguhnya menyesal itu bagaian dari sikap bijak ketika pada akhirnya menyadari akan ucapan, sikap, prilaku dan keputusan yang kita pilih itu keliru. Namun, sering kita menyembunyikan penyesalan hanya karena mengira bahwa itu pilihan yang bijak,  padahal itu akan sangat mengganggu pikiran dan bila kita bertahan pada zona yang demikian  justru akan sering mendatangkan sikap-sikap yang tidak bijak berikutnya.

Apakah kita bisa menjadi bijak ? Tentu saja bisa. Apabila diantara kita ada yang memiliki kekurangan teruslah belajar agar kita memperoleh dan mintalah kepadaKu, kata Allah SWT. Karena Allah SWT adalah yang maha bijak. Bila kita memiliki rasa takut kepada Allah SWT itu adalah awal pengetahuan. Pengetahuan disini bukan sekedar berarti ilmu, melainkan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Takut kepada Allah SWT disini bukan berarti  takut ngeri atau gentar, melainkan takut dalam arti hormat atau taat. Hormat dan taat akan  Allah SWT itulah hikmah atau syarat untuk menperoleh sifat bijak.

Bagaimana cara kita hormat dan taat kepada Allah  SWT ? Kita menghormati seseorang dengan jalan bersikap yang pantas, mengindahkan, memperhatikan, berdiam, mendengarkan dan tunduk dihadapannya. Jika kita berhadapan dengan Presiden apakah kita akan langsung nyrocos berbicara ? Tentu tidak, tentu kita akan tenang dan diam.

Apakah kita akan tenang, hening dan diam dihadapan Allah SWT ? Apakah ketika kita sholat dan berdoa dihadapan Allah SWT sikap dan bathin kita sudah diam ? Belum tentu, sebab seringkali waktu kita sholat atau waktu kita berdoa pikiran kita melayang ke berbagai masalah, bahkan ketika ada orang lain yang memimpin doa, tidak jarang mulut kita sibuk  dengan berbagai ucapan. Menghormati Allah SWT  berarti kita harus mampu melaksanakan segala perintahNYA, mampu menghargai petunuk-petunjukNYa. Agar kita bisa melaksanakan perintah serta petunjuk-petunjuknya, maka perlu ada renungan dengan berdiam diri sesaat agar bathin atau qolbu kita mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Di saat kita dihadapkan pada persoalan yang sulit dan rumit, mana mungkin kita bisa bersikap bijak bila pada saat itu kita gugup, emosi, terburu nafsu, serakah, marah dan gelap mata. Disaat- saat seperti itu tentu kita memerlukan keputusan yang bijak. Langkah pertama untuk mendapatkan keputusan yang bijak adalah berdiam diri, meneduhkan diri, mau mendengar petunjuk dan nasehat orang tua dan orang-orang yang bijak lainnya. Dan yakinlah pada saat-saat yang hening dan teduh itulah, kita akan bisa mendengar bisikan Allah SWT. Pada saat hening dan teduh, Allah SWT akan membisikan sesuatu di hati sanubari kita, sesuatu yang memungkinkan kita mengambil keputusan yang bijak. Selamat ulang tahun istriku, selamat ulang tahun anakku, semoga sehat, bahagia dan murah rezeki serta semoga kita menjadi golongan orang-orang yang bijak, amin ya Allah… J



Jl. Gelatik 86, Bintaro
Ditulis  dan  diberikan  oleh  Papah  untuk  diri sendiri,  Untuk  istri  tercinta  Susi Dian Indrayani  di hari  ultah ke 46 (15 Maret  2012), Untuk  anakku  Bagas Vallensyah  Adinegoro  pada hari Ulang Tahunnya yang ke 19 (Minggu, 18 Maret 2012) dan untuk anak, cucu, menantu terkasih.
Semoga ada hikmah yang dapat diambil serta mendapat hidayah dari Allah SWT, amin… J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar