Sabtu, 07 Juli 2012

MAAF ITU BELAJAR


Jangan lelah untuk memaafkan. Posisi di mana kita adalah sebenar-benarnya pemenang. Pemenang atas amarah yang sekian waktu terpendam. Sebaliknya , jangan pula kita merasa jengah untuk meminta maaf. Bukankah masing-masing kita adalah pribadi-pribadi lemah yang mungkin murni lepas dari kesalahan. Tentu saja meminta maaf dengan niat yang tulus mengharap kenyamanan dan ridho Allah SWT.
Maka cobalah renungkan, dalam konteks hubungan social horizontal, siapa saja yang selama ini diperkirakan sering tersakiti oleh polah tingkah dan ucaapan kita. Meski rasa-rasanya tidak kita sadari, terlebih yang secara sadar diperbuat. Bila perlu buat daftar tertulis, mesti akan memerlukan berlembar-lembar kertas buram, karena sking banyaknya masuk criteria demikian, setipis apapun criteria itu. Tak harus serumit menyusun rencana strategis seperti halnya lembaga modern nenetapkan jalan untuk menelurkan kebijakan-kebijakan yang tentu saja memerlukan diskusi-diskusi yang panjang.  Manakala lembaran itu sudah terisi, maka mulailah mencicil dari yang paling memungkinkan untuk segera mungkiun dimintai maafnya. Syukur bisa bertatap muka secara langsung, jika tidak, banyak cara atau media yang dapat kita gunakan untuk meminta maaf.

Lalun mengapa kita harus memulai ?
Karena maaf itu belajar, maka jangan pernah kita berharap menunggu siapapun dating untuk mengiba maaf atas kesalahan yang diperbuat. Boleh jadi tak aka nada siapapun yang merasa demikian. Jika benar begitu sampai kapan kita akan menunggu ?  Karena maaf itu belajar, maka tali ukhuwah yang nyaris terputus lantaran egoism masing-masing kita, hendaknya akan terus diperjuangkan agar kembali terjalin erat. Bekal menapaki jalan kehidupan tak selamanya datar, sewaktu-waktu kita akan bertemu dengan tebing yang terjal.
Salah itu wajar ?

Tanpa berani beresiko melakukan kesalahan, setiap kita hampir pasti akan stagnan lantaran takut berbuat ini dan itu. Tentu bukan berarti harus tabrak sana tabrak sini dan menjadikan wajar sebagai pembenaran.
Maka maaf itu belajar. Bersinergi dengan kesalahan, maaf adalah sebagai peyeimbang. Cara kita belajar berlapang dada untuk mengakui bahwa betul apa yang kita lakukan adalah sebuah kesalahan. Tentu dengan parameter aturan-aturan yang telah diwahyukan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya yang mulia. Bukan belaka di batas logika, etika, terlebih estetika. “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang boodoh” (QS. Al_A’raf : 199). PAYON 06072012-alhikmah.

1.